Kamis, 13 Januari 2022

Asal mula manusia, Potensi manusia, Sifat manusia, Kelebihan dan Kekurangan manusia Dalam Islam menurut Al-Qur'an

 

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.

·         Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).

·         Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal insaana maa lam ya’lam (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.


Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.


Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an

Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat “cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan. "...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).

 

Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.

 

Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:


"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan."
(QS. al-Isra' [17]: 70)

 

Demikianlah dua pendapat tentang asal mula manusia. Tentang siapa sebenarnya manusia pertama di bumi, mungkin kami lebih memilih bahwa Adam a.s adalah manusia pertama sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran.

Ø Setelah penciptaan nadi Adam As. manusia selanjutnya diciptakan melalui proses pencampuran antara laki-laki dan perempuan, hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 12-14:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (١٢)ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (١٣)

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (١٤)

 

Artinya :

Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS. Al- Mu’minuun 23 : 12-14). “

 

Ø  Tahapan-tahapan penciptaan manusia

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5)

Tahap pertama manusia dibuat dari saripati tanah melalui makanan yang dimakan oleh laki-laki dan perempuan. Sebagian dari zat yang dimakan menjadi bahan sperma (air mani), bahan awal penciptaannya manusia. Unsur-unsur yang menyusun tubuh manusia menurut penelitian ditemukan pada jenis-jenis tanah, karena itu ayat di atas dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.

Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Begitu pula penggambaran penciptaan nabi Adam yang Allah ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk, yang tertera dalam surat Al Hijr ayat 26, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

Setelah Allah SWT menciptakan nabi Adam dari tanah. Allah ciptakan pula Hawa dari Adam, sebagaimana firman-Nya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya … .” (Az Zumar : 6)

Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya … .” (Al A’raf : 189)

Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)

Allah SWT menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya :

Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan.” (Al Mursalat : 20-22)

Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba. (dapat dilihat keterangan tentang hal ini dalam kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain)

Setelah manusia sempurna dalam pembentukan, maka Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh manusia tersebut dan Allah juga menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati (qolb).

 

 

Hal ini sesuai dengan firman Allah:

ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ (٨)

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ (٩)

Atinya :

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S assajadah 8-9)

Dari pembahasan diatas, terdasarlah kita bahwa kita tak patut untuk menyombongkan diri karena kita ini adalah ciptaan yang Maha Kuasa. Ciptaan yang diciptakan dengan sebaik-baiknya. Patutlah kita mensyukurinya dan beribadah kepada-Nya.

 

A.  POTENSI – POTENSI MANUSIA

Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal.
Macam-macam Potensi diri pada Manusia. Manusia memiliki potensi diri yang dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:

1.       POTENSI FISIK (Phychomotoric)

Potensi diri ini dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk saling membagi kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contohnya hidung untuk mencium bau, tangan untuk menulis, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar, dan mata untuk melihat.

2.      POTENSI MENTAL INTELEKTUAL (Intellectual Quotient)

Potensi diri ini adalah potensi kecerdasan yang terdapat di otak manusia (terutama otak bagian kiri). Fungsi dari potensi ini yaitu untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.

 

3.      POTENSI SOSIAL EMOSIONAL (Emotional Quotient)
Potensi diri ini sama dengan potensi mental intelektual, tetapi potensi ini terdapat di otak manusia bagian kanan. Fungsinya yaitu untuk bertanggung jawab, mengendalikan amarah, motivasi, dan kesadaran diri.

4.      POTENSI MENTAL SPIRITUAL (Spiritual Quotient)
Potensi ini merupakan potensi kecerdasan yang berasal dari dalam diri manusia yang berhubungan dengan kesadaran jiwa, bukan hanya untuk mengetahui norma, tapi untuk menemukan norma.

5.      POTENSI DAYA JUANG (Adversity Quetient)
Sama seperti potensi mental spiritual, potensi daya juang juga berasal dari dalam diri manusia dan berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi.

 

Ø Potensi manusia dalam islam

1.      Potensi Akal

Manusia memiliki potensi akal yang dapat menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini, manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi. Namun, faktor subjektivitas manusia dapat mengarahakan menusia pada kesalahan dan kebenaran.

2.      Potensi Ruh

Menusia memiliki ruh. banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada mnusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin. Soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena manusia memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Biarlah urusan ruh menjadu urusan Tuhan.

Allah swt berfirman:

Katakanlah, “Ruh adalah urusan Tuhan-ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit. (QS. Al-Isra: 85)

 

 

3.      Potensi Qalbu

Qalbu di sini tidak dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali susah. Kadang setuju kadang menolok. Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu  merupakan wadah dari rasa takut, cinta, kasih sayang, dan keimanan. Karenan qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau tetap bersih.

4.      Potensi Fitrah

Manusia pada saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu sebagai sesuatu yang suci. Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir adalah membawa agama yang lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur dengan yang lain dalam proses perkembangannya.

5.      Potensi Nafs

Dalam bahasa Indonesia, nafs diserap menjadi nafsu yang berarti ‘dorongan kuat untuk berbuat kurang baik’. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat buruk, tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata lain, nafs ini berpotensi positif dan negatif. Hakikatnya, nafs pada diri manusia cenderung berpotensi positif. Namun, potensi negatif daya tariknya lebih kuat daripada potensi negatif. Oleh karena itu, manusia diminta untuk menjaga kesucian nafsnya agar tidak kotor.

 

 

B.  KELEMAHAN-KELEMAHAN MANUSIA

Manusia memang diciptakan Allah sebagai makhluk yang terbaik dari segi penciptaannya. Manusia di anugerahi akal dan nafsu yang karenanya bisa membawanya pada kebahagiaan termasuk juga pada kesengsaraan, baik di dunia terutama di akhirat. Dalam kesempurnaan penciptaan manusia, terselip juga celah kelemahan dan kekurangan manusia yang harus dipelajari, diketahui dan diantisipasi. Tidak mampu mengenali kelemahan diri akan berakibat fatal yaitu akan menghantarkannya pada konsekwensi kedua diatas, yaitu kesengsaraan.
Kelemahan-kelemahan manusia yang diberitahu oleh Allah itu lebih kepada sifat, sikap atau prilaku manusia itu sendiri. Dan sebetulnya kelemahan-kelemahan itu bukan tidak bisa untuk diantisipasi namun bisa tidaknya itu bergantung bagaimana kemampuan manusia dalam mengelola akal dan nafsunya. Mengelola akal dan nafsu sekaligus membutuhkan usaha keras supaya berada pada jalur yang diridhoi-Nya. Semua sifat-sifat yang menjadi titik lemah negatif manusia tidak hanya dimiliki oleh kaum Muslim, meskipun semua keterangan itu berasal dari al-Qur'an. Tapi siapapun manusianya akan tercakup oleh sifat-sifat ini tanpa terkecuali. Diantara sifat-sifat itu :

1. وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ (QS. Hud : 9)
Dan jika Kami rasakan kepada mereka suatu rahmat dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya, pastilah dia berputus asa dan tidak tau berterima kasih. Demikian arti ayat diatas. Ayat ini terkait dengan sifat negatif manusia tersebut, sungguh sangat nyata yang bisa kita saksikan atau bahkan kita rasakan sendiri. Pada saat kita dianugerahi rahmat atau karunia dari-Nya, kita merasakan kegembiraan yang sangat, bahkan melebihi batas kewajaran termasuk berbangga-bangga dengan aneka nikmat tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa Allah -kapanpun Dia mau- akan mengalihkan satu keadaan ke keadaan lain. Dari positif ke negatif, dari senang ke susah, dari untung ke rugi, dari kaya ke miskin, dari semua yang serba mudah hingga merasakan betapa sulitnya membuat mudah sesuatu yang pada saat mudah hal itu dianggap remeh.

2. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (QS. Ibrahim : 34)
Arti secara lengkap ayat diatas adalah "Dan Dia telah menganugerahkan kepada kamu dari segala apa yang kamu pinta. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, nisacaya tidak akan bisa menghitungnya. Sesungguhnya manusia sangat dzolim dan kufur". Dzolim dan
kufur adalah penyakit yang sangat mudah dilakukan manusia. Bukankah bapak kita Adam as, diturunkan dari jannah ke bumi karena ia telah berlaku dzolim kepada dirinya dengan melanggar perintah Allah. Dzolim adalah menempatkan atau melakukan sesuatu yang bukan semestinya. Memang perbuatan dzolim itu terkait dengan perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukan manusia, baik kemaksiatan itu kepada Allah atau kepada sesama.


3. خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ (QS. Annahl : 4)
Arti ayat ini adalah bahwa "manusia diciptakan dari air mani, kemudian tiba-tiba ia jadi pembangkang (pembantah) yang nyata". Tafsiran ayat ini memang menjelaskan tentang bangkangan atau bantahan sebagian manusia tentang hakikat dirinya, Tuhannya serta keras kepala dalam menghadapi siapapun. Mereka membantah tentang keesaan Allah. Mereka membantah adanya hari kebangkitan. Mereka mempertanyakan siapa yang menghhidupkan tulang-belulang yang sudah berserakan ini?. Dia tidak menyadari bahwa dirinya juga hidup berasal dari setetes mani yang sangat remeh dan menjijikkan jika dilihat dari keadaan zahirnya.

4. وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا (QS. Alisra : 11)
Terjemahan secara lengkap ayat ini adalah "Dan manusia berdo'a untuk kejahatan sebagaimana ajakannya untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat sangat tergesa-gesa. A'jul berarti mengharapkan sesuatu yang belum sampai waktunya. Karenanya, ajul juga berarti sifat tergesa-gesa, buru-buru, melakukan secara cepat karena dorongan nafsu dan tanpa perhitungan, tidak sabaran dan mengharap sesuatu secara instan.

5. لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ (QS. Fussilat : 49)
Manusia biasanya tak pernah merasa jenuh untuk berdo'a mengharapkan kebaikan, namun saat ditimpa keburukan lalu begitu mudah putus asa dan hilang harapan. Demikian kurang lebih terjemah ayat ini.
Setiap orang memang selalu mengharapkan kebaikan atau kesenangan untuk dirinya, karenanya dia berdoa. Berdoa mengharapkan kesehatan, keluasan rezeki, kelancaran dalam berkarir, keharmonisan rumah tangga dan sederet harapan lain yang dia panjatkan. Karena memang Allah Maha Mengabulkan do'a, dia pun meraih apa yang dia pinta itu. Merasa senang dan bahagia karena segala harapan banyak terwujud. Namun kekurangannya sebagai manusia membuatnya tidak siap pada saat kesenangan dan kebahagiaannya itu hilang atau lenyap darinya. Dimulai dari menderita sakit, karir yang bermasalah, rumah tangga yang mulai goyah, kehilangan kendaraan dan sebagainya, yang merupakan musibah atau keburukan yang dialaminya. Maka tatkala menghadapi hal-hal semacam itu, orang biasanya cepat dilanda putus asa baik dari keengganan untuk memperbaiki diri dan merintis kembali nikmat yang raib itu, maupun keengganan untuk mengharap rahmat Allah yang begitu luas.

Rasa putus asa yang nampak kala seseorang tak siap menerima musibah dan keburukan yang dirasakannya itu, ditandai dengan sifat malas dan cenderung pasrah tanpa banyak berbuat. Kemalasannya itu juga nampak dengan tidak ada gairah melaksanakan ibadah seperti ketika dia berada dalam kesenangan. Ibadah dalam bentuk do'a dan sholat seolah tak menjadi senjata ampuh untuk keluar dari masalah, bahkan ada yang menduga sholat sudah tak lagi membawa manfaat karena hanya menghambat orang melakukan aktifitas. Saat seseorang sudah merasakan ibadah tidak lagi nikmat untuk dikerjakan, berdoa, sholat dan ibadah lain sudah tidak lagi penting baginya, sesungguhnya pada keadaan demikian itu merupakan jarak terjauh antara dirinya dengan Allah. Maka berawal dari sifat putus harapan dan rahmat dari Allah ini akan menghantarkannya meraih keburukan dan kesesatan yang sebenarnya.

Allah mengingatkan dalam kalam suci-Nya, bahwa janganlah kita terlampau sedih dan meratapi atas apapun yang hilang dari kita seperti kita juga jangan terlampau senang hingga lupa daratan karena mendapat semua hal yang membahagiakan. Allah mengajarkan jalan tengah dalam menghadapi kebahagiaan dan kesedihan. Karena perinsipnya tidak ada kebahagiaan yang abadi di dunia ini seperti tidak abadinya kepedihan dan kesusahan. Bahkan kalau kita mau jujur, sejatinya nikmat dan rahmat Allah yang kita rasakan lebih banyak dan lebih lama kita ketimbang kepedihan dan keburukannya. Semuanya berasal dari Allah maka saat ada dan tiada pun semestinya kita mengaitkannya hanya kepada-Nya.

6. إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (QS. Al-'adiyat : 6)
Sesungguhnya manusia sangat ingkar kepada Tuhannya. Keingkaran ini terkait dengan ketidak pandaian manusia dalam bersyukur atas seluruh nikmat yang diperoleh. Pertanyaan yang patut kita kemukakan adalah, mengapa manusia bisa ingkar atau tidak mensyukuri apa yang dianugerahi Allah?. Jawaban yang bisa kita kemukakan adalah bisa jadi karena orang itu menganggap bahwa apa yang bisa diraihnya itu adalah semata karena usaha dan upayanya. Semua kesuksesan dan keberhasilan terkait dengan kemudahan mencari karunia Allah, tidak dilandasi dan mengaitkan Allah swt sebagai Yang Maha Pemberi.

 

E. SIFAT-SIFAT MANUSIA

1. Manusia itu selalu membantah. (QS. Al Kahfi:54)
https://i0.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/18_54.png
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.

2. Manusia bersifat lemah. (QS. An Nisa:28)
https://i2.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/4_28.png
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu , dan manusia dijadikan bersifat lemah.
https://i1.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/70_19.png
3. Manusia selalu zalim dan bodoh. (Al Ahzab:72)
https://i2.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/33_72.png

4. Manusia senang berbuat maksiat. (QS. Al Qiyamah:5)
https://i2.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/75_5.png
Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.

5. Manusia mencintai kehidupan dunia. (QS. Al Qiyamah:20)
https://i2.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/75_20.png

6. Manusia melampaui batas. (QS. Al ‘Alaq :6)
https://i0.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/96_6.png

7. Manusia malas berbuat baik. (QS. Al Ma’arij:21)
https://i0.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/70_21.png

8. Manusia senang berkeluh kesah dan gelisah. (QS. Al Ma’arij:19)
https://i1.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/70_19.png

9. Manusia tergesa-gesa. (QS. Al Anbiyah:37)
https://i1.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/21_37.png

10. Manusia itu pelit. (QS. Al Isra:100)
https://i2.wp.com/c0022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/17_100.png

Wallaahu a’lamu bish shawaab.

 

 

F.   KELEBIHAN-KELEBIHAN MANUSIA ATAS MAKHLUK LAIN

Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan makhluk lain. Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Ø  Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa alasan  yang mendukung pernyataan tsb.

1.      Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersyujud (hormat) kepada Adam as. Allah berfirman saat awal penciptaan manusia ;

Ø  Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur  dan ia adalah termasuk golongan kafir. ( QS. Al Baqarah 34).

2.      malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (nama-nama ilmu pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT.

Ø  “ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami katahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman, Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (Q S. Al Baqarah 33)

3.      kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan.

4.      manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi, “Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada para malaikat, : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi…”(QS.Al Baqarah 30)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar