Sabtu, 15 Januari 2022

Pengertian Kalimat, Stuktur Kalimat, Jenis Kalimat, Syarat Kalimat, Jenis Kalimat

 


 

A.   KALIMAT

1.      PENGERTIAN KALIMAT

Kridalaksana berpendapat bahwa kalimat adalah satuan gagasan yang relatif berdiri sendiri, mempunyai ciri utama berupa intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Keraf memberi definisi kalimat sebagai satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Menurut Alwi kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.

 

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang terangkai untuk mengungkapkan suatu pemikiran yang utuh seperti gagasan, perasaan maupun pemikiran. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf  kalipat dan diakhiri dengan titik (.), tanda tanya (?) maupun tanda seru (!).

Kalimat umumnya berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan predikat (P). Dalam wujud lisan kalimat diawali kesenyapan, diiringi alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi final dan diiringi dengan kesenyapan akhir. Kesenyapan digambarkan sebagai ruang kosong saat memulai maupun mengakhiri kalimat.

 

2.      UNSUR – UNSUR KALIMAT

Unsur unsur pembentuk kalimat terdiri dari satuan kata dan ada pula yang berupa kelompok kata. Kelompok kata dapat berupa frase atau klausa. Klausa adalah kelompok kata yang tidak melebihi fungsi kalimat dan masih mempertahankan makna aslinya.

 

 

Berikut jenis dari unsur-unsur kalimat :

a. Subjek (S)

Subjek merupakan hal yang penting dalam sebuah kalimat sebagai unsur pokok yang mendampingi predikat. Fungsinya untuk menandai apa yang dinyatakan. Dengan adanya gambaran subjek, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya. Misalnya : Saya, Lida, Rumah dsb

b. Predikat (P)

Predikat secara khusus menjelaskan atau menggambarkan keterangan subjek. Fungsi predikatdapat dicari dengan menanyakan mengapa. Predikat dapat berupa sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek.

c. Objek (O)

Objek menunjuk kepada tujuan kalimat atau kepada apa kalimat itu ditujukan. Objek hanya memiliki tempat dibelakang predikat. Atau lebih jelasnya untuk melengkapi fungsi predikat. Fungsi objek dapat berubah menjadi subjek akibat pemasifan kalimat.

d. Pelengkap (Pel)

Pelengkap memiliki fungsi untuk melengkapi predikat. Sama halnya dengan objek, tetapi fungsi yang satuini tidak memiliki fungsi khusus pada saat pemasifan kalimat.

e. Keterangan (K)

Keterangan digunakan sebagai unsur peluasan kalimat yang menjelaskan lebih terperinci apa yang dimaksud oleh kalimat. Keterangan dapat ditandai dengan kemampuannya untuk berpindah-pindah tempat. Keterangan memiliki beberapa jenis seperti keterangan waktu, keterangan cara, keterangan penyebab, keterangan tujuan, keterangan aposisi (penjelasan kata benda), keterangan tambahan, keterangan pewatas (pembatas kata benda), keterangan penyerta, keterangan alat, keterangan similatif (kesetaraan), keterangan kesalingan (perbuatan silih berganti) dan lainnya.

 

 

 

3.    STRUKTUR KALIMAT

Semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa struktur ataupun pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut dapat dikembangkan berdasarkan kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Kalimat dasar berpola S P

Kalimat dasar semacam ini hanya memiliki unsur subjek dan predikat. Predikatnya dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, ataupun kata bilangan. Contohnya :

Truk itu besar.

S          P

Jendela kamar Tina longgar.

S                      P

 

b. Kalimat dasar berpola S P O

Pola kalimat ini sering kali dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Unsurnya ada subjek predikat dan objek. Contohnya : Anti mengemudikan truk.

                                                                             S                 P              O

c. Kalimat dasar berpola S P Pel

Contohnya : Keluarganya pergi piknik.

                        S                      P          Pel

 

d. Kalimat dasar berpola S P O Pel

Contoh : Supir angkot mengemudikan angkotnya sembarangan.

                        S                      P                      O                     Pel

 

e. Kalimat dasar berpola S P K

Contoh : Antoni menjahit tadi malam.

                 S                   P         K

 

 

f. Kalimat dasar berpola S P O K

Contoh : Sulastri merapikan kamarnya seminggu lalu.

                        S          P                      O                     K

 

 

4.    JENIS-JENIS KALIMAT

Kalimat yang kita gunakan sehari-hari maupun untuk kepentingan umum memiliki macam yang perlu kita ketahui sebagai penempatan yang baik dan benar. Berikut macam-macam kalimatnya :

 

a. Berdasarkan Isi atau informasi

1). Kalimat Berita

Kalimat berita merupakan kalimat yang digunakan untuk menginformasikan sesuatu. Biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) contohnya : Harimau liar menyerang warga dengan ganasnya.

2). Kalimat Tanya

Kalimat tanya mengharapkan jawaban sebagi respon atau reaksi pemberitahuan informasi yang diharapkan, biasanya diakhiri dengan tanda tanya (?). kata tanya yang digunakan bagaimana, mengapa, apa kapan, dimana dsb. Contoh kalimat tanya :  bagaimana proses mesin itu dirangkai?

3). Kalimat Perintah

Kalimat yang bertujuan untuk mengintruksikan seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru. Tapi, jika dikatakan langsung atau lisan biasanya ditandai dengan intonasi tinggi. Contoh : Ambilkan kopi di atas meja !

4). Kalimat Ajakan

Kalimat ajakan merupakan kalimat yang memancing minat lawan bicara. Kata yang sering digunakan adalah Ayo, Mari dsb. Biasanya ada pada iklan. Contoh kalimat ajakan : Ayo, pakai pembersih pakaian merek ini!

 

5). Kalimat Pengandaian

Kalimat pengandaian menggambarkan keinginan atau tujuan dari penulis atau pembicara yang belum atau tidak kesampaian. Contoh : Andai saja aku bisa jadi dokter bedah.

 

b. Berdasarkan diathesis kalimat

1). Kalimat Aktif

Kalimat yang subjeknya langsung melakukan pekerjaan terhadap objeknya. Kata kerja kalimat aktif umumnya ditandai oleh awalan me-. Namun tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai imbuhan tersebut misal, makandan minum.. Contohnya : Laila menggunakan gelas untuk menciptakan bunyi.

2). Kalimat Pasif

Kalimat pasif kata kerjanya cenderung menggunakan di- atau ter-. Contohnya : Bangunan itu dikerjakan dengan baik oleh para teknisi ternama.

 

c. Berdasarkan urutan kata

1). Kalimat Normal

Kalimat yang subjeknya mendahului predikatnya. Kalimat berpola dasar

2). Kalimat Inverse

Kalimat ini merupakan kebalikan dari kalimat normal. Dimana predikatnya mendahului objek.

3). Kalimat Minor

Kalimat yang memiliki satu inti fungsi gramatikalnya. Bentuk kalimat minor seperti kalimat tambahan, kalimat jawaban, kalimat salam, panggilan maupun judul.

4). Kalimat Mayor

Kalimat mayor hanya memiliki subjek dan predikat. Objek, pelengkap dan keterangan boleh ditambahkan sesuka hati. Sama seperti pola dasar pertama.

 

 

 

d. Berdasarkan struktur gramatikalnya

1). Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal hanya memiliki Subjek dan Predikat. Jika dilihat dari unsur penyusunnya, kalimat yang panjang dalam bahasa indonesia dapatdikembalikan ke ebntuk dasar yang sederhana.

Contoh kalimat tunggal : Bapak-bapak bersalaman

                                                S                      P

Pola contoh kalimat diatas hanya memiliki subjek dan predikat sehingga termasuk kedalam kalimat tunggal.

2). Kalimat Majemuk

Orang-orang sering kali menggabungkan beberapa pertanyaan ke dalam satu kalimat untuk memudahkan dalam berkomunikasi. Hasilnya, lahirlah penggabungan struktur kalimat yang didalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Penggabungan inilah yang dinamakan kalimat majemuk. Kalimat majemuk ini masih terbagi lagi dalam beberapa jenis, berikut penjelasannya :

i. Kalimat Majemuk Setara

Struktur kalimat ini memiliki dua kalimat tunggal atau lebih yang jika dipisahkan dapat berdiri sendiri. Kata penghubung kalimat majemuk setara biasanya digunakan kata dan, serta, tanda koma (,), tetapi, lalu, kemudian, atau. Contoh kalimat majemuk setara : Indonesia tergolong negara berkembang tetapi Jepang telah digolongkan negara maju.

ii. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat memiliki dua kalimat yang satunya bisa berdiri sendiri (induk kalimat) atau bebas sedangkan yang satunya lagi tidak(anak kalimat).  Kata penghubung yang digunakan dalam kalimat majemuk ini adalah ketika, sejak, karena, olehkarenaitu, hingga, sehingga, maka, jika, asalkan, apabila, meskipun, walaupun, andai kata, seandainya, agar supaya, seperti, kecuali, dengan. Contoh kalimat majemuk bertingkat : Ilmuan masih saja mencari asal usul bulan

(induk kalimat) meskipun hingga sekarang masih belum ada kepastian yang jelas (anak kalimat).

iii. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran merupakan dua jenis kalimat majemuk (setara dan bertingkat) yang digabungkan.

Karena hujan turun dengan derasnya, kami tidak bisa pulang dan menunggu di sekolah.

 

e. Berdasarkan unsur kalimat

1). Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap mengikuti pola dasar dari kalimat baik yang sudah dikembangkan maupun tidak. Penggunaan unsur-unsurnya jelas. Sehingga mudah dipahami. Contoh : Warna merah melambangkan keberanian

2). Kalimat tidak Lengkap

Kalimat yang satu ini tidak sempurna karena hanya memiliki salah satu dari unsurnya saja. Kalimat ini biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, setuan, larangan, sapan dsb. Contoh : Kapan pulang?

 

f. Berdasarkan Pengucapan

1). Kalimat Langsung

Kalimat yang secara detai meniru sesuatu yang diujarkan oranglain. Tanda baca kutip tidak luput dalam jenis kalimat langsung. Kutipan dalam kalimat langsung berupa kalimat tanya, kalimat berita ataupun kalimat perintah. Contohnya : “Letakkan senjatamu!” bentak pak polisi.

2). Kalimat Tak Langsung

Kalimat yang melaporkan kembali kalimat yang diujarkan orang lain. Kutipan dalam kalimatnya senmuany berbentuk berita. Contohnya : Bapak Ahmadi berkata padaku bahwa lebih baik membaca daripada main-main.

  

B.  KALIMAT EFEKTIF

1.      PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempurnakan (EYD). Kalimat yang baik harus memenuhi syarat kelengkapan dan kejelasan peran setiap unsur pembentuk kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang ditujukan dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Kalimat yang baik dikategorikan kedalam kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ingin disampaikan penulisataupun pembicara. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika telah berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud penulis maupun pembicara.

 

2.    SYARAT KALIMAT EFEKTIF

Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif atau tidak.

a.      Sesuai EYD

Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang tertulis ternyata tidak tepat ejaannya.

b.      Sistematis

Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat, kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.

c.       Tidak Boros dan Bertele-tele

Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.

d.      Tidak Ambigu

Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga tidak ada kesan ambigu. 

 

3.    CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu kalimat dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita katakan efektif.

a.   Kesepadanan Struktur

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya. Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut ciri-ciri yang satu ini.

1).Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni subjek dan predikat.

2).Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku di dalam kalimat tersebut.

Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:

Ø  Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)

Ø  Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)

3).Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya menjadi perluasan dari subjek.

Contoh:

Ø  Dia yang pergi meninggalkan saya.(tidak efektif)

Ø  Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)

4). Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih ke arah menggabungkan subjek yang sama.

Contoh:

Ø  Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)

Ø  Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)

 

b.   Kehematan Kata

Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang pertama menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim yang menghasilkan kalimat tidak efektif.

Contoh Kata Jamak:

Ø  Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)

Ø  Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)

Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswa-siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu kata yang merujuk pada hal jamak tersebut.

Contoh Kata Sinonim:

Ø  Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)

Ø  Ia masuk ruang kelas.(efektif)

Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke dalam dan menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan struktur.

c.    Kesejajaran Bentuk

Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat, sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama.

Ø  Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif)

Ø  Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan mengolahnya. (efektif)

d.   Ketegasan Makna

Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.

Contoh:

Ø  Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)

Ø  Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)

e.    Kelogisan Kalimat

Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.

Contoh:

Ø  Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)

Ø  Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)