Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
·
Kata basyar
dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa
basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti
asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20),
manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
·
Kata insan
disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal
insaana maa lam ya’lam (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau
spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul
amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus
bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Asal Mula Manusia
berdasarkan Al-Qur'an
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai
membuat “cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir
karena takut manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran,
kejadian itu diabadikan. "...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara
iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah
dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena
kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan
masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah
berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga,
namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi
yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan
pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun
Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki
kecerdasan, bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri.
Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia,
untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal
bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam
melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi;
menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru
bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka
didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang
telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
Demikianlah dua pendapat tentang asal mula manusia. Tentang siapa
sebenarnya manusia pertama di bumi, mungkin kami lebih memilih bahwa Adam a.s
adalah manusia pertama sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran.
Ø
Setelah penciptaan nadi Adam As. manusia
selanjutnya diciptakan melalui proses pencampuran antara laki-laki dan
perempuan, hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 12-14:
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (١٢)ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً
فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (١٣)
ثُمَّ
خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا
الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا
آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (١٤)
Artinya
:
Dan
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian
kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik. (QS. Al- Mu’minuun 23 : 12-14). “
Ø
Tahapan-tahapan penciptaan manusia
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Wahai
manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj
: 5)
Tahap
pertama manusia dibuat dari saripati tanah melalui makanan yang dimakan oleh laki-laki
dan perempuan. Sebagian dari zat yang dimakan menjadi bahan sperma (air mani),
bahan awal penciptaannya manusia. Unsur-unsur yang menyusun tubuh manusia
menurut penelitian ditemukan pada jenis-jenis tanah, karena itu ayat di atas
dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.
Ayat-ayat
di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada
keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Begitu pula
penggambaran penciptaan nabi Adam yang Allah ciptakan dari suatu saripati yang
berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk, yang
tertera dalam surat Al Hijr ayat 26, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
(Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.”
Setelah
Allah SWT menciptakan nabi Adam dari tanah. Allah ciptakan pula Hawa dari Adam,
sebagaimana firman-Nya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri,
kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya … .” (Az Zumar : 6)
“Dialah
yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan
istrinya, agar dia merasa senang kepadanya … .” (Al A’raf : 189)
Dari
Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi
dan berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan
tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Tafsir
Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)
Allah
SWT menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan
perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai
waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang
aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya :
“Bukankah
Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam
tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan.” (Al
Mursalat : 20-22)
Dari
nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di
dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang
belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia
tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua
tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan
daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat.
Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang
dapat melihat, mendengar, dan meraba. (dapat dilihat keterangan tentang hal ini
dalam kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu
Katsir, dan lain-lain)
Setelah
manusia sempurna dalam pembentukan, maka Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh
manusia tersebut dan Allah juga menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati
(qolb).
Hal ini
sesuai dengan firman Allah:
ثُمَّ
جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ (٨)
ثُمَّ
سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ
وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ (٩)
Atinya :
Kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur. (Q.S assajadah 8-9)
Dari
pembahasan diatas, terdasarlah kita bahwa kita tak patut untuk menyombongkan
diri karena kita ini adalah ciptaan yang Maha Kuasa. Ciptaan yang diciptakan
dengan sebaik-baiknya. Patutlah kita mensyukurinya dan beribadah kepada-Nya.
A. POTENSI – POTENSI MANUSIA
Potensi diri
merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah
terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau
dipergunakan secara maksimal.
Macam-macam Potensi diri pada Manusia. Manusia memiliki potensi diri yang dapat
dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
1. POTENSI FISIK
(Phychomotoric)
Potensi diri ini dapat diberdayakan
sesuai fungsinya untuk saling membagi kepentingan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Contohnya hidung untuk mencium bau, tangan untuk menulis, kaki untuk
berjalan, telinga untuk mendengar, dan mata untuk melihat.
2. POTENSI MENTAL INTELEKTUAL (Intellectual Quotient)
Potensi diri ini adalah potensi
kecerdasan yang terdapat di otak manusia (terutama otak bagian kiri). Fungsi
dari potensi ini yaitu untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.
3. POTENSI SOSIAL
EMOSIONAL (Emotional Quotient)
Potensi diri ini sama dengan potensi mental intelektual, tetapi potensi ini
terdapat di otak manusia bagian kanan. Fungsinya yaitu untuk bertanggung jawab,
mengendalikan amarah, motivasi, dan kesadaran diri.
4. POTENSI MENTAL SPIRITUAL (Spiritual Quotient)
Potensi ini merupakan potensi kecerdasan yang berasal dari dalam diri manusia
yang berhubungan dengan kesadaran jiwa, bukan hanya untuk mengetahui norma,
tapi untuk menemukan norma.
5. POTENSI DAYA JUANG (Adversity Quetient)
Sama seperti potensi mental spiritual, potensi daya juang juga berasal dari
dalam diri manusia dan berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang
yang tinggi.
Ø Potensi manusia dalam islam
1.
Potensi Akal
Manusia memiliki potensi akal yang dapat
menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan
potensi ini, manusia dapat melaksanakan
tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi. Namun, faktor subjektivitas
manusia dapat mengarahakan menusia pada kesalahan dan kebenaran.
2.
Potensi Ruh
Menusia memiliki ruh. banyak pendapat para ahli
tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara
sebagian yang lain memahami ruh pada mnusia sebagai dukungan dan peneguhan
kekuatan batin. Soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena manusia
memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Biarlah urusan ruh menjadu urusan Tuhan.
Allah swt berfirman:
Katakanlah,
“Ruh adalah urusan Tuhan-ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit. (QS. Al-Isra:
85)
3.
Potensi Qalbu
Qalbu di sini tidak
dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada
aktivitas rasa yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali susah. Kadang setuju
kadang menolok. Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu merupakan
wadah dari rasa takut, cinta, kasih sayang, dan keimanan. Karenan qalbu ibarat
sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau tetap bersih.
4.
Potensi Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki potensi
fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu sebagai sesuatu yang suci. Fitrah di sini
adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir adalah membawa agama yang
lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur dengan yang lain dalam
proses perkembangannya.
5.
Potensi Nafs
Dalam bahasa
Indonesia, nafs diserap menjadi nafsu yang berarti ‘dorongan kuat untuk
berbuat kurang baik’. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak hanya
dorongan berbuat buruk, tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata lain, nafs
ini berpotensi positif dan negatif. Hakikatnya, nafs pada diri manusia
cenderung berpotensi positif. Namun, potensi negatif daya tariknya lebih kuat
daripada potensi negatif. Oleh karena itu, manusia diminta untuk menjaga
kesucian nafsnya agar tidak kotor.
B. KELEMAHAN-KELEMAHAN MANUSIA
Manusia memang diciptakan Allah sebagai makhluk yang terbaik dari
segi penciptaannya. Manusia di anugerahi akal dan nafsu yang karenanya bisa
membawanya pada kebahagiaan termasuk juga pada kesengsaraan, baik di dunia
terutama di akhirat. Dalam kesempurnaan penciptaan manusia, terselip juga celah
kelemahan dan kekurangan manusia yang harus dipelajari, diketahui dan
diantisipasi. Tidak mampu mengenali kelemahan diri akan berakibat fatal yaitu
akan menghantarkannya pada konsekwensi kedua diatas, yaitu kesengsaraan.
Kelemahan-kelemahan manusia yang diberitahu oleh Allah itu lebih kepada sifat,
sikap atau prilaku manusia itu sendiri. Dan sebetulnya kelemahan-kelemahan itu
bukan tidak bisa untuk diantisipasi namun bisa tidaknya itu bergantung
bagaimana kemampuan manusia dalam mengelola akal dan nafsunya. Mengelola akal
dan nafsu sekaligus membutuhkan usaha keras supaya berada pada jalur yang
diridhoi-Nya. Semua sifat-sifat yang menjadi titik lemah negatif manusia tidak
hanya dimiliki oleh kaum Muslim, meskipun semua keterangan itu berasal dari
al-Qur'an. Tapi siapapun manusianya akan tercakup oleh sifat-sifat ini tanpa
terkecuali. Diantara sifat-sifat itu :
1. وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً
ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ (QS. Hud : 9)
Dan jika Kami rasakan kepada mereka suatu rahmat dari Kami, kemudian rahmat itu
Kami cabut darinya, pastilah dia berputus asa dan tidak tau berterima kasih.
Demikian arti ayat diatas. Ayat ini terkait dengan sifat negatif manusia
tersebut, sungguh sangat nyata yang bisa kita saksikan atau bahkan kita rasakan
sendiri. Pada saat kita dianugerahi rahmat atau karunia dari-Nya, kita
merasakan kegembiraan yang sangat, bahkan melebihi batas kewajaran termasuk
berbangga-bangga dengan aneka nikmat tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa
Allah -kapanpun Dia mau- akan mengalihkan satu keadaan ke keadaan lain. Dari
positif ke negatif, dari senang ke susah, dari untung ke rugi, dari kaya ke
miskin, dari semua yang serba mudah hingga merasakan betapa sulitnya membuat
mudah sesuatu yang pada saat mudah hal itu dianggap remeh.
2. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
(QS. Ibrahim : 34)
Arti secara lengkap ayat diatas adalah "Dan Dia telah menganugerahkan
kepada kamu dari segala apa yang kamu pinta. Dan jika kamu menghitung nikmat
Allah, nisacaya tidak akan bisa menghitungnya. Sesungguhnya manusia sangat
dzolim dan kufur". Dzolim dan kufur adalah penyakit yang sangat mudah dilakukan manusia. Bukankah
bapak kita Adam as, diturunkan dari jannah ke bumi karena ia telah berlaku
dzolim kepada dirinya dengan melanggar perintah Allah. Dzolim adalah
menempatkan atau melakukan sesuatu yang bukan semestinya. Memang perbuatan
dzolim itu terkait dengan perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukan manusia,
baik kemaksiatan itu kepada Allah atau kepada sesama.
3. خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ
خَصِيمٌ مُبِينٌ (QS. Annahl : 4)
Arti ayat ini adalah bahwa "manusia diciptakan dari air mani, kemudian
tiba-tiba ia jadi pembangkang (pembantah) yang nyata". Tafsiran ayat ini
memang menjelaskan tentang bangkangan atau bantahan sebagian manusia tentang
hakikat dirinya, Tuhannya serta keras kepala dalam menghadapi siapapun. Mereka
membantah tentang keesaan Allah. Mereka membantah adanya hari kebangkitan.
Mereka mempertanyakan siapa yang menghhidupkan tulang-belulang yang sudah
berserakan ini?. Dia tidak menyadari bahwa dirinya juga hidup berasal dari
setetes mani yang sangat remeh dan menjijikkan jika dilihat dari keadaan
zahirnya.
4. وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا (QS. Alisra : 11)
Terjemahan secara lengkap ayat ini adalah "Dan manusia berdo'a untuk
kejahatan sebagaimana ajakannya untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat sangat
tergesa-gesa. A'jul berarti mengharapkan sesuatu yang belum sampai waktunya.
Karenanya, ajul juga berarti sifat tergesa-gesa, buru-buru, melakukan secara
cepat karena dorongan nafsu dan tanpa perhitungan, tidak sabaran dan mengharap
sesuatu secara instan.
5. لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ
مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ (QS. Fussilat : 49)
Manusia biasanya tak pernah merasa jenuh untuk berdo'a mengharapkan kebaikan,
namun saat ditimpa keburukan lalu begitu mudah putus asa dan hilang harapan.
Demikian kurang lebih terjemah ayat ini.
Setiap orang memang selalu mengharapkan kebaikan atau kesenangan untuk dirinya,
karenanya dia berdoa. Berdoa mengharapkan kesehatan, keluasan rezeki,
kelancaran dalam berkarir, keharmonisan rumah tangga dan sederet harapan lain
yang dia panjatkan. Karena memang Allah Maha Mengabulkan do'a, dia pun meraih
apa yang dia pinta itu. Merasa senang dan bahagia karena segala harapan banyak
terwujud. Namun kekurangannya sebagai manusia membuatnya tidak siap pada saat
kesenangan dan kebahagiaannya itu hilang atau lenyap darinya. Dimulai dari
menderita sakit, karir yang bermasalah, rumah tangga yang mulai goyah,
kehilangan kendaraan dan sebagainya, yang merupakan musibah atau keburukan yang
dialaminya. Maka tatkala menghadapi hal-hal semacam itu, orang biasanya cepat
dilanda putus asa baik dari keengganan untuk memperbaiki diri dan merintis
kembali nikmat yang raib itu, maupun keengganan untuk mengharap rahmat Allah
yang begitu luas.
Rasa putus asa yang nampak kala seseorang tak siap menerima musibah dan
keburukan yang dirasakannya itu, ditandai dengan sifat malas dan cenderung
pasrah tanpa banyak berbuat. Kemalasannya itu juga nampak dengan tidak ada
gairah melaksanakan ibadah seperti ketika dia berada dalam kesenangan. Ibadah
dalam bentuk do'a dan sholat seolah tak menjadi senjata ampuh untuk keluar dari
masalah, bahkan ada yang menduga sholat sudah tak lagi membawa manfaat karena
hanya menghambat orang melakukan aktifitas. Saat seseorang sudah merasakan
ibadah tidak lagi nikmat untuk dikerjakan, berdoa, sholat dan ibadah lain sudah
tidak lagi penting baginya, sesungguhnya pada keadaan demikian itu merupakan
jarak terjauh antara dirinya dengan Allah. Maka berawal dari sifat putus
harapan dan rahmat dari Allah ini akan menghantarkannya meraih keburukan dan
kesesatan yang sebenarnya.
Allah mengingatkan dalam kalam suci-Nya, bahwa janganlah kita terlampau sedih
dan meratapi atas apapun yang hilang dari kita seperti kita juga jangan
terlampau senang hingga lupa daratan karena mendapat semua hal yang
membahagiakan. Allah mengajarkan jalan tengah dalam menghadapi kebahagiaan dan
kesedihan. Karena perinsipnya tidak ada kebahagiaan yang abadi di dunia ini
seperti tidak abadinya kepedihan dan kesusahan. Bahkan kalau kita mau jujur,
sejatinya nikmat dan rahmat Allah yang kita rasakan lebih banyak dan lebih lama
kita ketimbang kepedihan dan keburukannya. Semuanya berasal dari Allah maka
saat ada dan tiada pun semestinya kita mengaitkannya hanya kepada-Nya.
6. إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
(QS. Al-'adiyat : 6)
Sesungguhnya manusia sangat ingkar kepada Tuhannya. Keingkaran ini terkait
dengan ketidak pandaian manusia dalam bersyukur atas seluruh nikmat yang
diperoleh. Pertanyaan yang patut kita kemukakan adalah, mengapa manusia bisa
ingkar atau tidak mensyukuri apa yang dianugerahi Allah?. Jawaban yang bisa
kita kemukakan adalah bisa jadi karena orang itu menganggap bahwa apa yang bisa
diraihnya itu adalah semata karena usaha dan upayanya. Semua kesuksesan dan
keberhasilan terkait dengan kemudahan mencari karunia Allah, tidak dilandasi
dan mengaitkan Allah swt sebagai Yang Maha Pemberi.
E. SIFAT-SIFAT MANUSIA
1. Manusia itu selalu membantah. (QS. Al
Kahfi:54)
Dan
sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur’an ini
bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah.
2. Manusia bersifat lemah. (QS. An Nisa:28)
Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu , dan manusia dijadikan bersifat lemah.
3. Manusia selalu zalim dan bodoh. (Al Ahzab:72)
4. Manusia senang berbuat maksiat. (QS. Al
Qiyamah:5)
Bahkan
manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.
5. Manusia mencintai kehidupan dunia. (QS. Al
Qiyamah:20)
6. Manusia melampaui batas. (QS. Al ‘Alaq :6)
7. Manusia malas berbuat baik. (QS. Al
Ma’arij:21)
8. Manusia senang berkeluh kesah dan gelisah.
(QS. Al Ma’arij:19)
9. Manusia tergesa-gesa. (QS. Al Anbiyah:37)
10. Manusia itu pelit. (QS. Al Isra:100)
Wallaahu a’lamu bish shawaab.
F. KELEBIHAN-KELEBIHAN MANUSIA ATAS MAKHLUK LAIN
Manusia
pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat
dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh
pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi
pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan
keunggulan yang di banding dengan makhluk lain. Di banding makhluk lainnya,
manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk
lainnya.
Ø
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak
adam (manusia) dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami
melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan
yang menonjol ( QS. Al Isra 70).
Pada
prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan
taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa
alasan yang mendukung pernyataan tsb.
1.
Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk
bersyujud (hormat) kepada Adam as. Allah berfirman saat awal penciptaan
manusia ;
Ø
“Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada
Malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia
enggan dan takabur dan ia adalah termasuk golongan kafir. ( QS. Al
Baqarah 34).
2.
malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah
tentang al asma (nama-nama ilmu pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang
diberi ilmu oleh Allah SWT.
Ø
“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu
berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang golongan
yang benar. Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami katahui
selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah
kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya nama-nama
benda itu, Allah berfirman, Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang
kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (Q S. Al Baqarah 33)
3.
kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena
sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu sedangkan kepatuhan
manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan
godaan syetan.
4.
manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah
dimuka bumi, “Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada para
malaikat, : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah dimuka bumi…”(QS.Al Baqarah
30)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar