BAB II
ISI
A. KALIMAT
1.
PENGERTIAN KALIMAT
Kridalaksana
berpendapat bahwa kalimat adalah satuan gagasan yang relatif berdiri
sendiri, mempunyai ciri utama berupa intonasi final dan secara aktual maupun
potensial terdiri dari klausa. Keraf memberi definisi kalimat sebagai satu
bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya
menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Menurut Alwi kalimat adalah
satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh.
Dari
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang terangkai untuk
mengungkapkan suatu pemikiran yang utuh seperti gagasan, perasaan maupun
pemikiran. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kalipat dan diakhiri dengan titik (.), tanda tanya (?) maupun tanda
seru (!).
Kalimat umumnya
berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan
predikat (P). Dalam wujud
lisan kalimat diawali kesenyapan, diiringi alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri
oleh intonasi final dan diiringi
dengan kesenyapan akhir. Kesenyapan digambarkan sebagai ruang kosong saat
memulai maupun mengakhiri kalimat.
2.
UNSUR – UNSUR
KALIMAT
Unsur unsur
pembentuk kalimat terdiri dari satuan kata dan ada pula yang berupa kelompok
kata. Kelompok kata dapat berupa frase atau klausa. Klausa adalah kelompok kata
yang tidak melebihi fungsi kalimat dan masih mempertahankan makna aslinya.
Berikut jenis dari unsur-unsur kalimat :
a. Subjek (S)
Subjek
merupakan hal yang penting dalam sebuah kalimat sebagai unsur pokok yang
mendampingi predikat. Fungsinya untuk menandai apa yang dinyatakan. Dengan
adanya gambaran subjek, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
Misalnya : Saya, Lida, Rumah dsb
b. Predikat (P)
Predikat secara
khusus menjelaskan atau menggambarkan keterangan subjek. Fungsi predikatdapat
dicari dengan menanyakan mengapa. Predikat dapat berupa sifat, situasi, status,
ciri atau jati diri subjek.
c. Objek (O)
Objek menunjuk
kepada tujuan kalimat atau kepada apa kalimat itu ditujukan. Objek hanya
memiliki tempat dibelakang predikat. Atau lebih jelasnya untuk melengkapi
fungsi predikat. Fungsi objek dapat berubah menjadi subjek akibat pemasifan
kalimat.
d. Pelengkap (Pel)
Pelengkap
memiliki fungsi untuk melengkapi predikat. Sama halnya dengan objek, tetapi
fungsi yang satuini tidak memiliki fungsi khusus pada saat pemasifan kalimat.
e. Keterangan (K)
Keterangan
digunakan sebagai unsur
peluasan kalimat yang menjelaskan lebih terperinci apa yang dimaksud oleh kalimat.
Keterangan dapat ditandai dengan kemampuannya untuk berpindah-pindah tempat.
Keterangan memiliki beberapa jenis seperti keterangan waktu, keterangan cara,
keterangan penyebab, keterangan tujuan, keterangan aposisi (penjelasan kata
benda), keterangan tambahan, keterangan pewatas (pembatas kata benda),
keterangan penyerta, keterangan alat, keterangan similatif (kesetaraan),
keterangan kesalingan (perbuatan silih berganti) dan lainnya.
3.
STRUKTUR
KALIMAT
Semua kalimat
yang kita gunakan berasal dari beberapa struktur ataupun pola kalimat dasar
saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut dapat
dikembangkan berdasarkan kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Kalimat dasar berpola S P
Kalimat dasar semacam ini hanya memiliki unsur
subjek dan predikat. Predikatnya dapat berupa kata kerja, kata benda, kata
sifat, ataupun kata bilangan. Contohnya :
Truk itu besar.
S
P
Jendela kamar
Tina longgar.
S
P
b. Kalimat dasar berpola S P O
Pola kalimat
ini sering kali dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Unsurnya ada subjek
predikat dan objek. Contohnya : Anti mengemudikan truk.
S
P O
c. Kalimat dasar berpola S P Pel
Contohnya : Keluarganya
pergi piknik.
S
P Pel
d. Kalimat dasar berpola S P O Pel
Contoh : Supir
angkot mengemudikan angkotnya sembarangan.
S
P
O
Pel
e. Kalimat dasar berpola S P K
Contoh : Antoni menjahit tadi
malam.
S
P K
f. Kalimat dasar berpola S P O K
Contoh : Sulastri
merapikan kamarnya seminggu lalu.
S
P
O
K
4.
JENIS-JENIS KALIMAT
Kalimat yang
kita gunakan sehari-hari maupun untuk kepentingan umum memiliki macam yang
perlu kita ketahui sebagai penempatan
yang baik dan benar. Berikut macam-macam kalimatnya :
a. Berdasarkan Isi atau informasi
1). Kalimat Berita
Kalimat berita merupakan kalimat yang digunakan
untuk menginformasikan sesuatu. Biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) contohnya
: Harimau liar menyerang warga dengan ganasnya.
2). Kalimat Tanya
Kalimat tanya mengharapkan jawaban sebagi
respon atau reaksi pemberitahuan informasi yang diharapkan, biasanya diakhiri
dengan tanda tanya (?). kata tanya yang digunakan bagaimana, mengapa, apa
kapan, dimana dsb. Contoh kalimat tanya : bagaimana proses mesin itu
dirangkai?
3). Kalimat Perintah
Kalimat yang bertujuan untuk mengintruksikan
seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan
tanda seru. Tapi, jika dikatakan langsung atau
lisan biasanya ditandai dengan intonasi tinggi. Contoh : Ambilkan kopi di atas
meja !
4). Kalimat Ajakan
Kalimat ajakan merupakan kalimat yang memancing
minat lawan bicara. Kata yang sering digunakan adalah Ayo, Mari dsb. Biasanya
ada pada iklan. Contoh kalimat ajakan : Ayo, pakai pembersih pakaian merek ini!
5). Kalimat Pengandaian
Kalimat pengandaian menggambarkan keinginan
atau tujuan dari penulis atau pembicara yang belum atau tidak kesampaian.
Contoh : Andai saja aku bisa jadi dokter bedah.
b. Berdasarkan diathesis kalimat
1). Kalimat Aktif
Kalimat yang subjeknya langsung melakukan
pekerjaan terhadap objeknya. Kata kerja kalimat aktif umumnya ditandai oleh
awalan me-. Namun tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai
imbuhan tersebut misal, makandan minum.. Contohnya : Laila menggunakan gelas
untuk menciptakan bunyi.
2). Kalimat Pasif
Kalimat pasif kata kerjanya cenderung
menggunakan di- atau ter-. Contohnya : Bangunan itu dikerjakan dengan baik oleh
para teknisi ternama.
c. Berdasarkan urutan kata
1). Kalimat Normal
Kalimat yang subjeknya mendahului predikatnya.
Kalimat berpola dasar
2). Kalimat Inverse
Kalimat ini merupakan kebalikan dari kalimat
normal. Dimana predikatnya mendahului objek.
3). Kalimat Minor
Kalimat yang memiliki satu inti fungsi
gramatikalnya. Bentuk kalimat minor seperti kalimat tambahan, kalimat jawaban,
kalimat salam, panggilan maupun judul.
4). Kalimat Mayor
Kalimat mayor hanya memiliki subjek dan
predikat. Objek, pelengkap dan keterangan boleh ditambahkan sesuka hati. Sama
seperti pola dasar pertama.
d. Berdasarkan struktur gramatikalnya
1). Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal hanya memiliki Subjek dan
Predikat. Jika dilihat dari unsur penyusunnya, kalimat yang panjang dalam bahasa
indonesia dapatdikembalikan ke ebntuk dasar yang sederhana.
Contoh kalimat tunggal : Bapak-bapak bersalaman
S
P
Pola contoh kalimat diatas hanya memiliki
subjek dan predikat sehingga termasuk kedalam kalimat tunggal.
2). Kalimat Majemuk
Orang-orang sering kali menggabungkan beberapa
pertanyaan ke dalam satu kalimat untuk memudahkan dalam berkomunikasi.
Hasilnya, lahirlah penggabungan struktur kalimat yang didalamnya terdapat
beberapa kalimat dasar. Penggabungan inilah yang dinamakan kalimat majemuk.
Kalimat majemuk ini masih terbagi lagi dalam beberapa jenis, berikut
penjelasannya :
i.
Kalimat Majemuk Setara
Struktur
kalimat ini memiliki dua kalimat tunggal atau lebih yang jika dipisahkan dapat
berdiri sendiri. Kata penghubung kalimat majemuk setara biasanya digunakan kata
dan, serta, tanda koma (,), tetapi, lalu, kemudian, atau. Contoh kalimat
majemuk setara : Indonesia tergolong negara berkembang tetapi Jepang telah
digolongkan negara maju.
ii.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat memiliki dua kalimat yang satunya bisa berdiri sendiri
(induk kalimat) atau bebas sedangkan yang satunya lagi tidak(anak kalimat).
Kata penghubung yang digunakan dalam kalimat majemuk ini adalah ketika,
sejak, karena, olehkarenaitu, hingga, sehingga, maka, jika, asalkan, apabila,
meskipun, walaupun, andai kata, seandainya, agar supaya, seperti, kecuali,
dengan. Contoh kalimat majemuk bertingkat : Ilmuan masih saja mencari asal usul
bulan
(induk
kalimat) meskipun hingga sekarang masih belum ada kepastian yang jelas (anak
kalimat).
iii.
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
majemuk campuran merupakan dua jenis kalimat majemuk (setara dan bertingkat)
yang digabungkan.
Karena
hujan turun dengan derasnya, kami tidak bisa pulang dan menunggu di sekolah.
e. Berdasarkan unsur kalimat
1). Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap mengikuti pola dasar dari
kalimat baik yang sudah dikembangkan maupun tidak. Penggunaan unsur-unsurnya
jelas. Sehingga mudah dipahami. Contoh : Warna merah melambangkan keberanian
2). Kalimat tidak Lengkap
Kalimat yang satu ini tidak sempurna karena
hanya memiliki salah satu dari unsurnya saja. Kalimat ini biasanya berupa
semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, setuan, larangan, sapan
dsb. Contoh : Kapan pulang?
f. Berdasarkan Pengucapan
1). Kalimat Langsung
Kalimat yang secara detai meniru sesuatu yang
diujarkan oranglain. Tanda baca kutip tidak luput dalam jenis kalimat langsung.
Kutipan dalam kalimat langsung berupa kalimat tanya, kalimat berita ataupun
kalimat perintah. Contohnya : “Letakkan senjatamu!” bentak pak polisi.
2). Kalimat Tak Langsung
Kalimat yang melaporkan kembali kalimat yang
diujarkan orang lain. Kutipan dalam kalimatnya senmuany berbentuk berita. Contohnya
: Bapak Ahmadi berkata padaku bahwa lebih baik membaca daripada main-main.
B. KALIMAT EFEKTIF
1. PENGERTIAN KALIMAT
EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mewakili gagasan pembicara atau penulis sehingga dapat dipahami dan dimengerti
oleh orang lain. Kalimat efektif dapat diartikan
sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan secara baik dan benar.
Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini
adalah kaidah bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempurnakan (EYD). Kalimat yang
baik harus memenuhi syarat kelengkapan dan kejelasan peran setiap unsur
pembentuk kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Kalimat yang ditujukan dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Kalimat
yang baik dikategorikan kedalam kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat
yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ingin disampaikan penulisataupun
pembicara. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika telah berhasil menyampaikan
pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud penulis maupun
pembicara.
2.
SYARAT KALIMAT EFEKTIF
Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat
dikatakan efektif atau tidak.
a. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca
yang tepat. Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak
sampai kata yang tertulis
ternyata tidak tepat ejaannya.
b.
Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek
dan predikat, kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan.
Sebisa mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya
tidak memusingkan. Jika memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat
diharapkan selalu berada di awal kalimat.
c. Tidak Boros dan Bertele-tele
Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.
d. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.
3. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit
asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu kalimat dikatakan efektif. Berikut ini
adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita katakan efektif.
a. Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah
kelengkapan struktur dan penggunaannya. Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan
struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut ciri-ciri yang satu ini.
1).Pastikan
kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni subjek
dan predikat.
2).Jangan
taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku di
dalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:
Ø Bagi
semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Ø Semua
peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)
3).Hati-hati
pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena
membuatnya menjadi perluasan dari subjek.
Contoh:
Ø Dia yang
pergi meninggalkan saya.(tidak efektif)
Ø Dia
pergi meninggalkan saya. (efektif)
4). Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek
tidak boleh lebih dari satu, namun lebih ke arah menggabungkan subjek yang
sama.
Contoh:
Ø Adik
demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Ø Adik
demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)
b. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah
ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak boleh menyusun kata-kata yang
bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang memungkinkan kalimat
membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang pertama menyangkut kata
jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari hal
tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim
yang menghasilkan kalimat tidak efektif.
Contoh Kata Jamak:
Ø Para siswa-siswi
sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Ø Siswa-siswi
sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)
Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk
pada jumlah jamak, sementara siswa-siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang
lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu kata yang merujuk pada hal jamak
tersebut.
Contoh Kata Sinonim:
Ø Ia masuk
ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ø Ia masuk
ruang kelas.(efektif)
Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan
frasa ke dalam
sama-sama menunjukkan arti yang sama. Namun, kata masuk lebih
tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya yang merupakan kata kerja dan
dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke dalam
dan menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke
dalam ruang kelas—kalimat tersebut akan kehilangan predikatnya dan
tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan struktur.
c. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan
dalam kata-kata yang ada di kalimat, sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada
intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan pararel dan konsisten. Jika pada
sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama
digunakan pada fungsi yang sama.
Ø Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif)
Ø Hal yang
mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan mengolahnya.
(efektif)
d. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal
kalimat, namun memang peletakan subjek seharusnya selalu mendahului predikat.
Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu, kalian bisa saja meletakkan
keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini agar pembaca dapat
langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan kalimat
seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun
anjuran yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Ø Kamu
sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Ø Sapulah
lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
e. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat
krusial menyangkut kelogisan kalimat yang kalian buat. Kelogisan berperan
penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Karena itu, buatlah
kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca dapat
dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Contoh:
Ø
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu
persilakan. (tidak efektif)
Ø
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan
pidatonya sekarang. (efektif)